0

e - Gov di Kulon Progo

Posted by Semutatas on 22.09
Check out this Amazing SlideShow Presentation from Amazing people : Read Complete Article...

1

Riset Media : Internet, Karakteristiknya dan Pornografi

Posted by Semutatas on 15.09 in
Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan. Read Complete Article...

0

Fungsi Jari Tengah

Posted by Semutatas on 21.57 in
Alkisah seorang anak bertanya pada bapaknya. "Pak, fungsi dari lima jari ini apa sih pak?"

si bapak ngejawab "begini naak...
1. jari jempol = itu kamu pake buat permisi-permisi klo lewat depan
orang

2. jari telunjuk = naaaah.. jari ini kmu pake buat nunjukin jalan ataw
ngasi order
3. jari manis = yang ini kmu pake buat naro cincin klo kmu nanti kimpoi
4. jari kelingking = ini punya tugas khusus buat ngorek2 n ngupil"

Trus si anak ngjawab, "lah jari tengah buat apa pak?"

bapaknya ngjawab, "nanti ya nak, klo kmu mao kimpoi, nanti bapak kasi
tau fungsi jari tengah"

Sebelas taun kemudian, si anak akhirnya mau kawin, dan si anak masih
inget janji bapaknya. abis itu pas acara perkawinanya selesei, dia nanya
ma bapaknya;

"Pak masih inget gak, dulu bapak bilang mau ngasih tau fungsi jari
tengah"

Bapaknya langsung inget, "o iya ya.. nak, mmm bgini... bapak terangin
deh"

"Nanti malem, kamu kan pasti bakalan ngawinin istri kamu... naaah waktu
kmu abis ngawinin sekali, abis itu dia pasti minta lagi... begitu
selesei trus diem sebentar, pasti abis itu dia minta lagi.. selesei
lagi, gak lama pasti abis itu dia minta lagi..."

"Trus..trus. . gimana pak?" kata anaknya

"naah begini nak, disaat kmu sudah kelelahan dan dah gak kuat, baru kamu
pakai jari tengah kmu.."

"Gimana cara pakainya pak?"

"Caranya... kamu tempelin jari tengah kamu ke jidat istri kamu, trus
kamu bilang... TIDUR SANA..."


Sumber : email dari santi Dewi
Read Complete Article...

0

Orang Dilihat Dari Caranya Kentut

Posted by Semutatas on 19.53 in
Ternyata kepribadian seseorang bisa dilihat dari kentutnya...
Orang PINTER : Orang yang tahu kapan harus kentut dan kapan tidak boleh kentut
Orang SOPAN & JUJUR : Orang yang kalau kentut selalu bilang : “Maaf saya mau kentut dulu”
Orang SOK BERSIH : Orang yang kalau kentut celana dilepas dulu

Orang PENUH MISTERI : Orang yang kalau kentut tidak pernah diketahui oleh rrang lain
Orang SOSIAL : Orang yang selalu kipas-kipas setiap selesai kentut
Orang SOMBONG : Orang yang suka mencium kentutnya sendiri.
Orang BANYAK AKALNYA : Orang yang kalau kentut sambil berteriak, agar tak terdengar kentutnya
Orang BODOH : Orang yang tidak bisa membedakan mana kentut sendiri dan mana kentut Orang lain
Orang PELIT : Orang yang suka ngempet / nahan kentutnya sendiri
Orang KORUP : Kentutnya bau sekali
Orang TIDAK JUJUR : Orang yang habis kentut terus meludah
Orang HEMAT : Orang yang bisa mengeluarkan kentutnya sesuai kebutuhan
Orang PERCAYA DIRI : Orang yang kalau kentut dikeras-kerasin
Orang LUGU : Orang yang kentut malah kaget
Orang GEMAR MENABUNG : Orang yang kalau kentut dimasukan ke kantong plastik lalu diiket erat2
Orang SADIS : Orang yang suka kentut di depan muka orang lain
TUKANG FITNAH : Orang yang kalau kentut langsung menuduh Orang lain
Orang APES / SIAL : Sudah bau kentut masih dituduh pula
Orang SERAKAH : Orang yang seneng ciumin kentutnya Orang lain
Orang GENDENG : Orang yang kalau kentut pantatnya dimasukan air, agar bunyi blekuthuk-blekuthuk
Orang BOROS : Orang yang kalau kentut dikeluarkan sekaligus sampai terikut ampas-ampasnya
Orang JOROK : Orang yang setiap kentut celananya ikut basah
Orang MALES : Orang yang kentut ga pernah tuntas
Orang MINDERAN / NGGAK PEDE : Orang yang suara kentutnya kecil dan terdengar tersendat-sendat
Orang PEMBUAL : Orang yang tidak bisa lagi dibedakan mana itu kentut atau omongannya
Orang KAYA : Orang yang banyak kentutnya daripada kerjanya
Orang SENGSARA : Orang yang seumur-umur hanya pingin kentut saja nggak pernah kesampaian
Orang NGGAK PUNYA KERJAAN : Yang suka membahas masalah kentut. Paling tidak yang baca ini…
Read Complete Article...

0

Semua Terjadi Karena Suatu Alasan

Posted by Semutatas on 01.19 in
Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot. Namun, sesuatu pun terjadilah.
Gedung putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa, Dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington. Setiap hari aku berlari ke kotak pos. Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA.

Doaku terkabulkan! Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku. Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku. Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center.
Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini?
Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa. Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih Christina McAufliffe. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku? Bagian diriku yang mana yang kurang? Mengapa aku diperlakukan kejam?
Aku berpaling pada ayahku. Katanya, "Semua terjadi karena suatu alasan."
Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku? Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang.
Aku teringat kata-kata ayahku, "Semua terjadi karena suatu alasan." Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang. Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan.

Tuhan mengabulkan doa kita dengan 3 cara :
Apabila Tuhan mengatakan YA
Maka kita akan mendapatkan apa yang kita minta
Apabila Tuhan mengatakan TIDAK
Maka kita akan mendapatkan yang lebih baik
Apabila Tuhan mengatakan TUNGGU
Maka kita akan mendapatkan yang TERBAIK sesuai dengan kehendak NYA


Sumber : email dari Santi Dewi
Read Complete Article...

0

Awas Keracunan Makanan

Posted by Semutatas on 00.54 in
Peristiwa ini terjadi di Menado, ada seorang wanita meninggal mendadak dgn lima panca indera keluar darah, setelah diselidiki ternyata wanita ini meninggal bukan karena bunuh diri atau dibunuh, melainkan karena ketidaktahuan tentang racun akibat makanan.

Wanita ini ada kebiasaan minum Vit C tiap hari. Ini tdk masalah. Masalahnya karena malam itu wanita ini kebanyakan makan udang. Sebenarnya cuma makan udang saja tdk masalah, orang rumahnya juga banyak makan udang malam itu dan tak ada yg meninggal. Tetapi, karena udang mengandung Arsenic Pentoxide (As2O5), dan berhuhung habis makan udang wanita itu minum Vit C, terjadilah reaksi kimia di dalam perut yang membuat As2O5 berubah menjadi Arsenic Triox.
Read Complete Article...

0

Empati by Andy F Noya

Posted by Semutatas on 00.39 in
Artikel ini saya dapatkan dari kiriman email seorang teman saya, Santi Dewi. Saya rasa isinya sangat menyentuh sekali, makanya saya posting disini, sekedar untuk berbagi.
Enjoy....


Empati
by Andy F Noya

Suatu malam, sepulang kerja, saya mampir di sebuah restoran cepat saji
dikawasan Bintaro. Suasana sepi. Di luar hujan. Semua pelayan sudah berkemas.
Restoran hendak tutup. Tetapi mungkin melihat wajah saya yang memelas
karena lapar, salah seorang dari mereka memberi aba-aba untuk tetap
melayani. Padahal, jika mau, bisa saja mereka menolak.

Sembari makan saya mulai mengamati kegiatan para pelayan restoran. Ada yang
menghitung uang, mengemas peralatan masak, mengepel lantai dan ada pula
yang membersihkan dan merapikan meja-meja yang berantakan.

Saya membayangkan rutinitas kehidupan mereka seperti itu dari hari ke hari.
Selama ini hal tersebut luput dari perhatian saya. Jujur saja, jika
menemani anak-anak makan di restoran cepat saji seperti ini, saya tidak
terlalu hirau akan keberadaan mereka. Seakan mereka antara ada dan tiada.
Mereka ada jika saya membutuhkan bantuan dan mereka serasa tiada jika saya
terlalu asyik menyantap makanan.

Namun malam itu saya bisa melihat sesuatu yang selama ini seakan tak
terlihat. Saya melihat bagaimana pelayan restoran itu membersihkan
sisa-sisa makanan di atas meja. Pemandangan yang sebenarnya biasa-biasa
saja. Tetapi, mungkin karena malam itu mata hati saya yang melihat,
pemandangan tersebut menjadi istimewa.

Melihat tumpukan sisa makan di atas salah satu meja yang sedang
dibersihkan, saya bertanya-tanya dalam hati: siapa sebenarnya yang baru
saja bersantap di meja itu? Kalau dilihat dari sisa-sisa makanan yang
berserakan, tampaknya rombongan yang cukup besar. Tetapi yang menarik
perhatian saya adalah bagaimana rombongan itu meninggalkan sampah bekas makanan.

Sungguh pemandangan yang menjijikan. Tulang-tulang ayam berserakan di atas
meja. Padahal ada kotak-kotak karton yang bisa dijadikan tempat sampah.
Nasi di sana-sini. Belum lagi di bawah kolong meja juga kotor oleh tumpahan remah-remah.

Mungkin rombongan itu membawa anak-anak.

Meja tersebut bagaikan ladang pembantaian. Tulang belulang berserakan.
Saya tidak habis pikir bagaimana mereka begitu tega meninggalkan sampah
berserakan seperti itu. Tak terpikir oleh mereka betapa sisa-sisa makanan
yang menjijikan itu harus dibersihkan oleh seseorang, walau dia seorang
pelayan sekalipun.

Sejak malam itu saya mengambil keputusan untuk membuang sendiri sisa
makanan jika bersantap di restoran semacam itu. Saya juga meminta anak-anak
melakukan hal yang sama. Awalnya tidak mudah. Sebelum ini saya juga pernah melakukannya.
Tetapi perbuatan saya itu justru menjadi bahan tertawaan teman-teman.
Saya dibilang sok kebarat-baratan. Sok menunjukkan pernah keluar negeri.
Sebab di banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika, sudah
jamak pelanggan membuang sendiri sisa makanan ke tong sampah.
Pelayan terbatas karena tenaga kerja mahal.

Sebenarnya tidak terlalu sulit membersihkan sisa-sisa makanan kita.
Tinggal meringkas lalu membuangnya di tempat sampah. Cuma butuh beberapa menit.
Sebuah perbuatan kecil. Tetapi jika semua orang melakukannya, artinya akan
besar sekali bagi para pelayan restoran.

Saya pernah membaca sebuah buku tentang perbuatan kecil yang punya arti
besar. Termasuk kisah seorang bapak yang mengajak anaknya untuk
membersihkan sampah di sebuah tanah kosong di kompleks rumah mereka.
Karena setiap hari warga kompleks melihat sang bapak dan anaknya membersihkan
sampah di situ, lama-lama mereka malu hati untuk membuang sampah disitu.

Belakangan seluruh warga bahkan tergerak untuk mengikuti jejak sang bapak
itu dan ujung-ujungnya lingkungan perumahan menjadi bersih dan sehat.
Padahal tidak ada satu kata pun dari bapak tersebut. Tidak ada slogan,
umbul-umbul, apalagi spanduk atau baliho. Dia hanya memberikan keteladanan.
Keteladanan kecil yang berdampak besar.

Saya juga pernah membaca cerita tentang kekuatan senyum. Jika saja setiap
orang memberi senyum kepada paling sedikit satu orang yang dijumpainya hari
itu, maka dampaknya akan luar biasa. Orang yang mendapat senyum akan merasa
bahagia. Dia lalu akan tersenyum pada orang lain yang dijumpainya.
Begitu seterusnya, sehingga senyum tadi meluas kepada banyak orang.
Padahal asal mulanya hanya dari satu orang yang tersenyum.

Terilhami oleh sebuah cerita di sebuah buku "Chicken Soup", saya kerap
membayar karcis tol bagi mobil di belakang saya. Tidak perduli siapa di
belakang. Sebab dari cerita di buku itu, orang di belakang saya pasti akan
merasa mendapat kejutan. Kejutan yang menyenangkan. Jika hari itu dia
bahagia, maka harinya yang indah akan membuat dia menyebarkan virus
kebahagiaan tersebut kepada orang-orang yang dia temui hari itu. Saya
berharap virus itu dapat menyebar ke banyak orang.

Bayangkan jika Anda memberi pujian yang tulus bagi minimal satu orang setiap hari.
Pujian itu akan memberi efek berantai ketika orang yang Anda puji merasa bahagia
dan menularkan virus kebahagiaan tersebut kepada orang-orang di sekitarnya.

Anak saya yang di SD selalu mengingatkan jika saya lupa mengucapkan kata
"terima kasih" saat petugas jalan tol memberikan karcis dan uang kembalian.
Menurut dia, kata "terima kasih" merupakan "magic words" yang akan membuat
orang lain senang. Begitu juga kata "tolong" ketika kita meminta bantuan
orang lain, misalnya pembantu rumah tangga kita.

Dulu saya sering marah jika ada angkutan umum, misalnya bus, mikrolet,
bajaj, atau angkot seenaknya menyerobot mobil saya.
Sampai suatu hari istri saya mengingatkan bahwa saya harus berempati pada mereka.
Para supir kendaraan umum itu harus berjuang untuk mengejar setoran.
"Sementara kamu kan tidak mengejar setoran?''
Nasihat itu diperoleh istri saya dari sebuahtulisan almarhum Romo Mangunwijaya.
Sejak saat itu, jika ada kendaraan umum yang menyerobot seenak udelnya,
saya segera teringat nasihat istri tersebut.

Saya membayangkan, alangkah indahnya hidup kita jika kita dapat membuat orang lain bahagia.
Alangkah menyenangkannya jika kita bisa berempati pada perasaan orang lain.
Betapa bahagianya jika kita menyadari dengan membuang sisa makanan kita di restoran cepat saji,
kita sudah meringankan pekerjaan pelayan restoran.

Begitu juga dengan tidak membuang karcis tol begitu saja setelah membayar,
kita sudah meringankan beban petugas kebersihan. Dengan tidak membuang
permen karet sembarangan, kita sudah menghindari orang dari perasaan kesal
karena sepatu atau celananya lengket kena permen karet.

Kita sering mengaku bangsa yang berbudaya tinggi tetapi berapa banyak di
antara kita yang ketika berada di tempat-tempat publik, ketika membuka
pintu, menahannya sebentar dan menoleh kebelakang untuk berjaga-jaga apakah
ada orang lain di belakang kita? Saya pribadi sering melihat orang yang
membuka pintu lalu melepaskannya begitu saja tanpa perduli orang di
belakangnya terbentur oleh pintu tersebut.

Jika kita mau, banyak hal kecil bisa kita lakukan. Hal yang tidak
memberatkan kita tetapi besar artinya bagi orang lain. Mulailah dari
hal-hal kecil-kecil. Mulailah dari diri Anda lebih dulu.
Mulailah sekarang juga...!!!

Read Complete Article...

Copyright © 2009 Semutatas All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.